Saya kira, masih sangat banyak orang bau tanah yang kebingungan dan kehabisan nalar wacana bagaimana cara mendidik anaknya sendiri.
Bahkan, lebih buruk lagi ialah renggangnya komunikasi antara anak dan orang tuanya, anak tidak lagi menyukai orang tuanya.
Padahal, siapakah yang memenuhi kebutuhan hidup anak? Yaitu orang tuanya sendiri.
Sehingga, sangatlah menyedihkan melihat banyaknya anak yang tidak menyukai orang tuanya. Padahal orang tuanya-lah yang banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menghadapi fenomena ini tidak ada gunanya menyalahkan pihak manapun, apalagi menyalahakan anak yang tidak tahu apa-apa.
Yang perlu dilakukan ialah mengusut secara perlahan benang kusut ini . Disinilah orang bau tanah harus berperan aktif untuk bisa memahami abjad dan perilaku anak dengan tepat.
Pertama, mari kita mulai mengusut persoalan anak yang sulit sekali mengerti nasihat orang tuanya.
Banyak orang bau tanah yang bertanya-tanya: “Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya sendiri, itukan untuk kebaikannya sendiri?”
“Mengapa anak saya tidak mau sama sekali mendengarkan nasehat ibunya yang ikhlas dari hati?”
“Mengapa anak saya melaksanakan hal-hal yang aneh, bahkan melaksanakan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri?”
Banyak sekali hal-hal yang membuat hati orang bau tanah risih alasannya ialah kelakukan si anak.
Tidak perlu menyalahkan si anak secara mutlak, alasannya ialah cara pikir anak belum-lah bisa sematang cara pikir orang dewasa.
Justru disini, Orang bau tanah yang perlu pro-akif untuk bisa memahami bentuk pola fatwa anak, serta mempelajari prilakunya.
Sebagai gosip penting, umumnya tindakan-tindakan yang dilakukan anak dan remaja hanya berdasarkan emosi semata. Bisa dikatakan lebih dari 90% dari mereka.
Dari sini, diambil sebuah kesimpulan yang sangat penting... Bahwa segala tindakan yang dilakukan anak dan remaja, kebanyakan hanya didorong oleh perasaannya. Hal itu alasannya ialah kemampuan mereka dalam berpikir jernih, belumlah matang.
Sehingga hal inilah yang membuat upaya nasehat yang diberikan orang bau tanah kepada anak, seringkali berujung pada kegagalan. Anak tidak patuh dalam menjalankan isyarat orang tuanya.
Bahkan pada sebagian anak, ada yang secara terang-terangan menolak nasehat orang tuanya.
Orang bau tanah yang berperan kolam motivator yang memperlihatkan petuah pada anak, jarang sekali nasehatnya yang sukses mau diterima anak. Malah anak bisa menjadi kesal pada orang tuanya alasannya ialah terlalu sering ‘menceramahi’.
Keadaan emosi negatif yang dialami anak, membuatnya hampir tidak bisa mendapatkan masukan yang positif. Kondisi emosi negatif ini muncul akhir rendahnya tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya.
Hal inilah yang membuat anak lebih tertutup pada orang tuanya, tidak mau membuka belakang layar dirinya pada orang tua.
Anak berpikir, tidak ada gunanya menceritakan sesuatu yang dialami kepada orang tua.
Bahkan lebih miris lagi, banyak anak yang berpikir bahwa menceritakan pengalaman yang dialami kepada orang tua, nantinya pasti akan direspon negatif menyerupai dicemooh, dimarahi dan semacamnya.
Dari sini kita mengetahui, bahwa umumnya orang tua-lah yang paling bertanggung jawab atas gangguan prilaku anak yang buruk, yang susah sekali untuk dinasehati.
Disinilah, pentingnya orang bau tanah mengetahui kondisi psikologi anak. Orang bau tanah harus menjaga hati anak biar tidak tersakiti.
Seringnya hati anak yang tersakiti oleh perkataan dan tindakan orang tuanya (yang seringkali hal ini tidak disadari), membuat tingkat kepercayaan anak menurun pada orang tuanya.
Hingga, ketika semakin parah dan rendah tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya, maka segala nasehat yang diberikan orang bau tanah kemungkinan besar akan ditolak oleh anak. Anak tidak mau mengikuti isyarat orang tuanya.
Jika saja orang bau tanah bisa untuk menjadi sosok yang bisa memayungi anak-anaknya dengan baik, maka kebaikan akan kembali kepada orang bau tanah dan anak itu sendiri.
Akan sangat baik balasannya apabila orang bau tanah bisa dengan baik mengenali perasaan anak.
Jika hati anak dan orang bau tanah sudah menyatu, maka anak nantinya bisa lebih terbuka kepada orang tuanya, dan mau menyempatkan waktu ‘pada hatinya’ untuk mendengarkan nasehat orang tua.
Hati anak yang menyatu dengan orang bau tanah ialah hasil dari piawainya orang bau tanah dalam menjalin korelasi dengan anaknya.
#Cara biar korelasi orang bau tanah dan anak menjadi lebih baik
Wajib bagi orang bau tanah untuk memperlihatkan kasih sayang pada anaknya. Walaupun hal ini sudah banyak diketahui di masyarakat, tetapi pada kenyataannya berbagai orang bau tanah yang kurang dalam memperlihatkan kasih sayang pada anaknya.
Minimnya anak mendapat kasih sayang dan perhatian, bahkan yang terjadi anak sering mendapatkan bentakan, Sudah terperinci bahwa anak umumnya akan melawan pada orang tuanya.
Kesalahan anak yang melawan orang tuanya ialah buah dari kesalahan dari orang bau tanah itu sendiri yang buruk dalam bermuamalah dengan sang anak.
Hal ini berbeda bila orang bau tanah sudah memperlihatkan bentuk muamalah (hubungan) yang baik dengan anak, tapi anak bertindak bergairah pada orang tunya. Maka kemungkinan besar persoalan ini terjadi alasannya ialah lingkungan anak yang buruk.
Jika anak melihat lingkungannya ialah berisi orang-orang yang kasar, maka gaya bergairah dalam berbicara akan masuk ke dalam jiwa anak.
Alhasil, walaupun orang bau tanah sudah berkata lembut pada anaknya, justru akan dibalas oleh anak dengan perkataan yang kasar. Maka yang perlu dilakukan ialah mengontrol lingkungan anak bermain.
Pelajari tempat-tempat yang biasa anak bermain atau berada disana, bila ada kawasan yang tidak baik menyerupai kawasan itu ialah kawasan menogkrong belum dewasa yang suka merokok, minuman keras, berkata buruk, dll.
Maka orang bau tanah wajib berusaha untuk mengganti kawasan anak berada atau bermain, ke kawasan yang baik, misalnya kumpulan belum dewasa pengajian, dll.
Orang bau tanah harus mengetahui kemana saja anak pergi, apa yang dialami, dan bentuk insan menyerupai apa yang ditemui oleh anak. Hal ini penting untuk mengcounter anak biar jangan hingga anak jatuh ke jalan yang menyimpang.
Dengan lingkungan anak yang baik maka orang bau tanah dapat selangkah lebih depan untuk bisa mendidik anak menjadi sosok yang penurut dan perhatian pada orang tuanya.
Untuk memiliki anak yang baik, maka penting bagi suami-istri biar membangun kualitas korelasi yang harmonis. Dimana anak akan melihat Ayah dan Ibunya saling menghormati, saling mencintai, serta berkata lembut satu sama lainnya. Hal ini berdampak sangat baik bagi psikologis anak.
#Pelajari pola pikir anak dan remaja
Hal lainnya yang penting diketahui orang tua, bahwa belum dewasa dan remaja umumnya akan melaksanakan sesuatu acara yang dikira mereka dapat membuat rasa nyaman. Sehingga tidak jarang ditemui ada banyak belum dewasa yang melaksanakan hal-hal yang sesungguhnya buruk, tetapi perasaan mereka mengatakan ini baik.
Karena inilah yang membuat banyak orang bau tanah bertanya-tanya: “Mengapa anak saya melaksanakan hal aneh dan tidak berguna, bahkan merugikan dirinya sendiri ?”.
Kita sudah tahu penyebabnya, anak melaksanakan hal yang buruk alasannya ialah perasaannya menganggapnya baik. Contoh simplenya ialah merokok yang sudah jelas-jelas merusak badan. Tapi aneh bin ajaib, sekarang banyak anak SMA dan SMP yang ‘berlomba-lomba’ untuk merokok alasannya ialah menganggapnya keren.
Untuk itu, orang bau tanah harus bersabar dan bersabar dalam memahamkan dan memperbaiki suatu hal yang salah pada anak. Betapa banyak hal buruk yang dianggap baik oleh anak. Disinilah peran besar orang bau tanah untuk memahamkan anaknya pada hal yang baik dan benar.
#Jangan menasehati dalam bentuk kalimat mencela
Sebagai teladan seorang anak mengaku bahwa dirinya dihukum alasannya ialah tidak mengerjakan PR. Anak memang melaksanakan kesalahan, tapi orang bau tanah juga jangan melaksanakan kesalahan dalam merespon.
Seperti ingin menasehati tetapi malah mencela, menyerupai mengatakan “Dasar anak malas, kau harus lebih disiplin dan lebih memperhatikan peran di sekolah.”
Mencela anak dengan kata ‘malas’ menyerupai teladan diatas tidaklah memperlihatkan manfaat sama sekali. Coba dikira-kira, apakah dengan mencela anak bahwa dirinya pemalas, lantas dirinya akan menjadi sosok yang rajin? Tidak sama sekali.
Justru anak akan tersinggung alasannya ialah celaan tersebut, dan membuka ‘pintu setan’ yang membuat anak membenci orang tuanya sendiri.
Ketika anak sering tersakiti oleh kata-kata pedas dan bergairah dari orang tuanya. Hal ini berujung pada emosi negatif yang membuat nasihat-nasihat orang bau tanah (walaupun baik dan tulus) tidak akan dianggap lagi oleh anak. Jadi, penting berhati-hati dalam menjaga perasaan anak.
#Penting untuk mereka-reka, apakah anak membantah dan tidak menurut alasannya ialah mereka kurang mendapat perhatian dan pengakuan
Orang bau tanah harus mengetahui, ketika anak selalu saja membantah dan tidak menuruti isyarat orang tua. Padahal isyarat yang diberikan benar, dan apalagi anak tampaknya sudah tahu bahwa yang dikatakan orang tuanya ialah sesuatu yang benar. Tetapi anak tetap saja merespon negaif isyarat orang tua.
Jika kondisinya demikian, kemungkinan besar yang diperlukan anak ketika itu ialah hanya ingin didengar saja, anak tidak menginginkan solusinya.
Maka, dalam kondisi itu orang bau tanah tidak perlu ‘ceramah’ di depan anaknya. Yang perlu dilakukan adaah cukup memperlihatkan perhatian dan seyuman saja pada anak.
Maka 100% orang bau tanah akan terkejut, ternyata anak tiba-tiba mau untuk terbuka, bahkan mereka tidak sungkan-sungkan untuk menyebarkan pikiran dan perasaannya. Sehingga orang bau tanah dapat lebih mudah memperlihatkan nasehat dan arahan, serta lebih mudah dalam mengetahui kondisi anak secara akurat (karena anak terbuka).
Orangtua jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil jalur cepat, inginnya eksklusif memperlihatkan masukan dan menghakimi anak, alasannya ialah bila terlalu serung dilakukan maka anak pasti akan merespon negatif. Percuma sudah ‘berbusa’ lisan menceramahi anak, tapi anak tidak mau mengerti. Hal itu alasannya ialah kesalahan oang bau tanah sendiri yang terlalu terburu-buru.
Yang paling dikhawatirkan ialah bila tindakan yang salah dilakukan oleh orang tua, menimbulkan anak menutup diri dan menghindar bicara dengan orang tuanya. Maka semakin sulit bagi orang bau tanah unuk bisa memperbaiki anak.
Jika orang bau tanah ingin biar Anak meyatakan pikiran dan perasaannya secara tulus, maka jangan bermudah-mudah dalam menghakimi dan mengkritik anak. Selama anak bercerita, biarkan saja anak megungkapkan emosinya tanpa orang bau tanah berkomentar yang miring.
Manfaat dari orang bau tanah yang bersabar untuk mendengarkan isi hati anaknya (menahan diri untuk berkomentar negatif), pendekatan ini bisa mengembangkan rasa percaya diri anak, anak terlatih untuk berpikir memperbaiki dirinya sendiri, serta berani menghadapi tantangan.
Sebagi penutup. Hal yang penting diingat orang tua, supaya anak mudah untuk diberikan arahan, dan anak mererima nasehat / isyarat dengan baik:
Pertama: berikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak.
Kedua: Adil kepada semua anak. Jangan hingga ada seorang anak yang merasa bahwa dirinya dibandingkan saudaranya, kurang mendapatkan perhatian, kasing sayang dan bahan (seperti uang, dll).
Ketiga: Orang bau tanah harus peka dalam memahami hati, perasaan dan emosi anak. Anak sangat rentan dengan yang namanya ‘sakit hati, alasannya ialah mereka masih terlalu mengedepankan perasaan. Jangan hingga dalam menasehati anak dilakukan sambil menghardik dan bernada tinggi. Pasti (atau kemungkinan besar) anak tidak akan mau mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya.
Keempat: Salurkan hobi dan bakat anak, hal ini sangat baik untuk pengembangan diri anak. Jika suatu ketika anak mengingat bahwa orang tuanya telah berjasa untuk mendidiknya dengan sangat baik, maka anak akan sangat berterima kasih pada orang tuanya, serta sayang kepada orang tuanya.
Kelima: Jika korelasi Suami-Istri mengalami masalah, jangan hingga bertengkar di depan anak.
Keenam: Miliki waktu berkualitas untuk berkumpul dan bermain bersama anak-anak. Jangan memperlihatkan anak hanya sisa-sisa tenaga, sehingga waktu bersama anak dan orang bau tanah menjadi tidak berkualitas.
Ketujuh: Jika anak melaksanakan hal yang baik, maka berikan reward atau penghargaan pada anak. Dan bila anak melaksanakan hal yang buruk, maka orang bau tanah harus memikirkan cara yang baik dan sempurna untuk menegur anak. Orang bau tanah perlu bersikap tegas pada waktu yang tepat.
Bahkan, lebih buruk lagi ialah renggangnya komunikasi antara anak dan orang tuanya, anak tidak lagi menyukai orang tuanya.
Padahal, siapakah yang memenuhi kebutuhan hidup anak? Yaitu orang tuanya sendiri.
Sehingga, sangatlah menyedihkan melihat banyaknya anak yang tidak menyukai orang tuanya. Padahal orang tuanya-lah yang banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menghadapi fenomena ini tidak ada gunanya menyalahkan pihak manapun, apalagi menyalahakan anak yang tidak tahu apa-apa.
Yang perlu dilakukan ialah mengusut secara perlahan benang kusut ini . Disinilah orang bau tanah harus berperan aktif untuk bisa memahami abjad dan perilaku anak dengan tepat.
Anak dan Ayahnya | Sumber gambar: Pixabay.com |
Pertama, mari kita mulai mengusut persoalan anak yang sulit sekali mengerti nasihat orang tuanya.
Banyak orang bau tanah yang bertanya-tanya: “Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya sendiri, itukan untuk kebaikannya sendiri?”
“Mengapa anak saya tidak mau sama sekali mendengarkan nasehat ibunya yang ikhlas dari hati?”
“Mengapa anak saya melaksanakan hal-hal yang aneh, bahkan melaksanakan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri?”
Banyak sekali hal-hal yang membuat hati orang bau tanah risih alasannya ialah kelakukan si anak.
Tidak perlu menyalahkan si anak secara mutlak, alasannya ialah cara pikir anak belum-lah bisa sematang cara pikir orang dewasa.
Justru disini, Orang bau tanah yang perlu pro-akif untuk bisa memahami bentuk pola fatwa anak, serta mempelajari prilakunya.
Sebagai gosip penting, umumnya tindakan-tindakan yang dilakukan anak dan remaja hanya berdasarkan emosi semata. Bisa dikatakan lebih dari 90% dari mereka.
Dari sini, diambil sebuah kesimpulan yang sangat penting... Bahwa segala tindakan yang dilakukan anak dan remaja, kebanyakan hanya didorong oleh perasaannya. Hal itu alasannya ialah kemampuan mereka dalam berpikir jernih, belumlah matang.
Sehingga hal inilah yang membuat upaya nasehat yang diberikan orang bau tanah kepada anak, seringkali berujung pada kegagalan. Anak tidak patuh dalam menjalankan isyarat orang tuanya.
Bahkan pada sebagian anak, ada yang secara terang-terangan menolak nasehat orang tuanya.
Orang bau tanah yang berperan kolam motivator yang memperlihatkan petuah pada anak, jarang sekali nasehatnya yang sukses mau diterima anak. Malah anak bisa menjadi kesal pada orang tuanya alasannya ialah terlalu sering ‘menceramahi’.
Keadaan emosi negatif yang dialami anak, membuatnya hampir tidak bisa mendapatkan masukan yang positif. Kondisi emosi negatif ini muncul akhir rendahnya tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya.
Hal inilah yang membuat anak lebih tertutup pada orang tuanya, tidak mau membuka belakang layar dirinya pada orang tua.
Anak berpikir, tidak ada gunanya menceritakan sesuatu yang dialami kepada orang tua.
Bahkan lebih miris lagi, banyak anak yang berpikir bahwa menceritakan pengalaman yang dialami kepada orang tua, nantinya pasti akan direspon negatif menyerupai dicemooh, dimarahi dan semacamnya.
Dari sini kita mengetahui, bahwa umumnya orang tua-lah yang paling bertanggung jawab atas gangguan prilaku anak yang buruk, yang susah sekali untuk dinasehati.
Disinilah, pentingnya orang bau tanah mengetahui kondisi psikologi anak. Orang bau tanah harus menjaga hati anak biar tidak tersakiti.
Seringnya hati anak yang tersakiti oleh perkataan dan tindakan orang tuanya (yang seringkali hal ini tidak disadari), membuat tingkat kepercayaan anak menurun pada orang tuanya.
Hingga, ketika semakin parah dan rendah tingkat kepercayaan anak pada orang tuanya, maka segala nasehat yang diberikan orang bau tanah kemungkinan besar akan ditolak oleh anak. Anak tidak mau mengikuti isyarat orang tuanya.
Jika saja orang bau tanah bisa untuk menjadi sosok yang bisa memayungi anak-anaknya dengan baik, maka kebaikan akan kembali kepada orang bau tanah dan anak itu sendiri.
Akan sangat baik balasannya apabila orang bau tanah bisa dengan baik mengenali perasaan anak.
Jika hati anak dan orang bau tanah sudah menyatu, maka anak nantinya bisa lebih terbuka kepada orang tuanya, dan mau menyempatkan waktu ‘pada hatinya’ untuk mendengarkan nasehat orang tua.
Hati anak yang menyatu dengan orang bau tanah ialah hasil dari piawainya orang bau tanah dalam menjalin korelasi dengan anaknya.
loading...
#Cara biar korelasi orang bau tanah dan anak menjadi lebih baik
Wajib bagi orang bau tanah untuk memperlihatkan kasih sayang pada anaknya. Walaupun hal ini sudah banyak diketahui di masyarakat, tetapi pada kenyataannya berbagai orang bau tanah yang kurang dalam memperlihatkan kasih sayang pada anaknya.
Minimnya anak mendapat kasih sayang dan perhatian, bahkan yang terjadi anak sering mendapatkan bentakan, Sudah terperinci bahwa anak umumnya akan melawan pada orang tuanya.
Kesalahan anak yang melawan orang tuanya ialah buah dari kesalahan dari orang bau tanah itu sendiri yang buruk dalam bermuamalah dengan sang anak.
Hal ini berbeda bila orang bau tanah sudah memperlihatkan bentuk muamalah (hubungan) yang baik dengan anak, tapi anak bertindak bergairah pada orang tunya. Maka kemungkinan besar persoalan ini terjadi alasannya ialah lingkungan anak yang buruk.
Jika anak melihat lingkungannya ialah berisi orang-orang yang kasar, maka gaya bergairah dalam berbicara akan masuk ke dalam jiwa anak.
Alhasil, walaupun orang bau tanah sudah berkata lembut pada anaknya, justru akan dibalas oleh anak dengan perkataan yang kasar. Maka yang perlu dilakukan ialah mengontrol lingkungan anak bermain.
Pelajari tempat-tempat yang biasa anak bermain atau berada disana, bila ada kawasan yang tidak baik menyerupai kawasan itu ialah kawasan menogkrong belum dewasa yang suka merokok, minuman keras, berkata buruk, dll.
Maka orang bau tanah wajib berusaha untuk mengganti kawasan anak berada atau bermain, ke kawasan yang baik, misalnya kumpulan belum dewasa pengajian, dll.
Orang bau tanah harus mengetahui kemana saja anak pergi, apa yang dialami, dan bentuk insan menyerupai apa yang ditemui oleh anak. Hal ini penting untuk mengcounter anak biar jangan hingga anak jatuh ke jalan yang menyimpang.
Dengan lingkungan anak yang baik maka orang bau tanah dapat selangkah lebih depan untuk bisa mendidik anak menjadi sosok yang penurut dan perhatian pada orang tuanya.
Untuk memiliki anak yang baik, maka penting bagi suami-istri biar membangun kualitas korelasi yang harmonis. Dimana anak akan melihat Ayah dan Ibunya saling menghormati, saling mencintai, serta berkata lembut satu sama lainnya. Hal ini berdampak sangat baik bagi psikologis anak.
#Pelajari pola pikir anak dan remaja
Hal lainnya yang penting diketahui orang tua, bahwa belum dewasa dan remaja umumnya akan melaksanakan sesuatu acara yang dikira mereka dapat membuat rasa nyaman. Sehingga tidak jarang ditemui ada banyak belum dewasa yang melaksanakan hal-hal yang sesungguhnya buruk, tetapi perasaan mereka mengatakan ini baik.
Karena inilah yang membuat banyak orang bau tanah bertanya-tanya: “Mengapa anak saya melaksanakan hal aneh dan tidak berguna, bahkan merugikan dirinya sendiri ?”.
Kita sudah tahu penyebabnya, anak melaksanakan hal yang buruk alasannya ialah perasaannya menganggapnya baik. Contoh simplenya ialah merokok yang sudah jelas-jelas merusak badan. Tapi aneh bin ajaib, sekarang banyak anak SMA dan SMP yang ‘berlomba-lomba’ untuk merokok alasannya ialah menganggapnya keren.
Untuk itu, orang bau tanah harus bersabar dan bersabar dalam memahamkan dan memperbaiki suatu hal yang salah pada anak. Betapa banyak hal buruk yang dianggap baik oleh anak. Disinilah peran besar orang bau tanah untuk memahamkan anaknya pada hal yang baik dan benar.
#Jangan menasehati dalam bentuk kalimat mencela
Sebagai teladan seorang anak mengaku bahwa dirinya dihukum alasannya ialah tidak mengerjakan PR. Anak memang melaksanakan kesalahan, tapi orang bau tanah juga jangan melaksanakan kesalahan dalam merespon.
Seperti ingin menasehati tetapi malah mencela, menyerupai mengatakan “Dasar anak malas, kau harus lebih disiplin dan lebih memperhatikan peran di sekolah.”
Mencela anak dengan kata ‘malas’ menyerupai teladan diatas tidaklah memperlihatkan manfaat sama sekali. Coba dikira-kira, apakah dengan mencela anak bahwa dirinya pemalas, lantas dirinya akan menjadi sosok yang rajin? Tidak sama sekali.
Justru anak akan tersinggung alasannya ialah celaan tersebut, dan membuka ‘pintu setan’ yang membuat anak membenci orang tuanya sendiri.
Ketika anak sering tersakiti oleh kata-kata pedas dan bergairah dari orang tuanya. Hal ini berujung pada emosi negatif yang membuat nasihat-nasihat orang bau tanah (walaupun baik dan tulus) tidak akan dianggap lagi oleh anak. Jadi, penting berhati-hati dalam menjaga perasaan anak.
#Penting untuk mereka-reka, apakah anak membantah dan tidak menurut alasannya ialah mereka kurang mendapat perhatian dan pengakuan
Orang bau tanah harus mengetahui, ketika anak selalu saja membantah dan tidak menuruti isyarat orang tua. Padahal isyarat yang diberikan benar, dan apalagi anak tampaknya sudah tahu bahwa yang dikatakan orang tuanya ialah sesuatu yang benar. Tetapi anak tetap saja merespon negaif isyarat orang tua.
Jika kondisinya demikian, kemungkinan besar yang diperlukan anak ketika itu ialah hanya ingin didengar saja, anak tidak menginginkan solusinya.
Maka, dalam kondisi itu orang bau tanah tidak perlu ‘ceramah’ di depan anaknya. Yang perlu dilakukan adaah cukup memperlihatkan perhatian dan seyuman saja pada anak.
Maka 100% orang bau tanah akan terkejut, ternyata anak tiba-tiba mau untuk terbuka, bahkan mereka tidak sungkan-sungkan untuk menyebarkan pikiran dan perasaannya. Sehingga orang bau tanah dapat lebih mudah memperlihatkan nasehat dan arahan, serta lebih mudah dalam mengetahui kondisi anak secara akurat (karena anak terbuka).
Orangtua jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil jalur cepat, inginnya eksklusif memperlihatkan masukan dan menghakimi anak, alasannya ialah bila terlalu serung dilakukan maka anak pasti akan merespon negatif. Percuma sudah ‘berbusa’ lisan menceramahi anak, tapi anak tidak mau mengerti. Hal itu alasannya ialah kesalahan oang bau tanah sendiri yang terlalu terburu-buru.
Yang paling dikhawatirkan ialah bila tindakan yang salah dilakukan oleh orang tua, menimbulkan anak menutup diri dan menghindar bicara dengan orang tuanya. Maka semakin sulit bagi orang bau tanah unuk bisa memperbaiki anak.
Jika orang bau tanah ingin biar Anak meyatakan pikiran dan perasaannya secara tulus, maka jangan bermudah-mudah dalam menghakimi dan mengkritik anak. Selama anak bercerita, biarkan saja anak megungkapkan emosinya tanpa orang bau tanah berkomentar yang miring.
Manfaat dari orang bau tanah yang bersabar untuk mendengarkan isi hati anaknya (menahan diri untuk berkomentar negatif), pendekatan ini bisa mengembangkan rasa percaya diri anak, anak terlatih untuk berpikir memperbaiki dirinya sendiri, serta berani menghadapi tantangan.
Sebagi penutup. Hal yang penting diingat orang tua, supaya anak mudah untuk diberikan arahan, dan anak mererima nasehat / isyarat dengan baik:
Pertama: berikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak.
Kedua: Adil kepada semua anak. Jangan hingga ada seorang anak yang merasa bahwa dirinya dibandingkan saudaranya, kurang mendapatkan perhatian, kasing sayang dan bahan (seperti uang, dll).
Ketiga: Orang bau tanah harus peka dalam memahami hati, perasaan dan emosi anak. Anak sangat rentan dengan yang namanya ‘sakit hati, alasannya ialah mereka masih terlalu mengedepankan perasaan. Jangan hingga dalam menasehati anak dilakukan sambil menghardik dan bernada tinggi. Pasti (atau kemungkinan besar) anak tidak akan mau mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya.
Keempat: Salurkan hobi dan bakat anak, hal ini sangat baik untuk pengembangan diri anak. Jika suatu ketika anak mengingat bahwa orang tuanya telah berjasa untuk mendidiknya dengan sangat baik, maka anak akan sangat berterima kasih pada orang tuanya, serta sayang kepada orang tuanya.
Kelima: Jika korelasi Suami-Istri mengalami masalah, jangan hingga bertengkar di depan anak.
Keenam: Miliki waktu berkualitas untuk berkumpul dan bermain bersama anak-anak. Jangan memperlihatkan anak hanya sisa-sisa tenaga, sehingga waktu bersama anak dan orang bau tanah menjadi tidak berkualitas.
Ketujuh: Jika anak melaksanakan hal yang baik, maka berikan reward atau penghargaan pada anak. Dan bila anak melaksanakan hal yang buruk, maka orang bau tanah harus memikirkan cara yang baik dan sempurna untuk menegur anak. Orang bau tanah perlu bersikap tegas pada waktu yang tepat.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Sesuai Artikel Postingan, Link Aktif atau Link Mati Otomatis Masuk ke Komentar SP4M.